Kamis, 10 Mei 2012

HIV / AID Enyahlah, Virus maut !

Apakah HIV?
HIV merupakan singkatan dari ’human immunodeficiency virus’. HIV merupakan retrovirus yang menjangkiti sel-sel sistem kekebalan tubuh manusia (terutama CD4 positive T-sel dan macrophages– komponen-komponen utama sistem kekebalan sel), dan menghancurkan atau mengganggu fungsinya. Infeksi virus ini mengakibatkan terjadinya penurunan sistem kekebalan yang terus-menerus, yang akan mengakibatkan defisiensi kekebalan tubuh.
Sistem kekebalan dianggap defisien ketika sistem tersebut tidak dapat lagi menjalankan fungsinya memerangi infeksi dan penyakit- penyakit. Orang yang kekebalan tubuhnya defisien (Immunodeficient) menjadi lebih rentan terhadap berbagai ragam infeksi, yang sebagian besar jarang menjangkiti orang yang tidak mengalami defisiensi kekebalan. Penyakit-penyakit yang berkaitan dengan defisiensi kekebalan yang parah dikenal sebagai “infeksi oportunistik” karena infeksi-infeksi tersebut memanfaatkan sistem kekebalan tubuh yang melemah.
Apakah AIDS?
AIDS adalah singkatan dari ‘acquired immunodeficiency syndromedan menggambarkan berbagai gejala dan infeksi yang terkait dengan menurunnya sistem kekebalan tubuh. Infeksi HIV telah ditahbiskan sebagai penyebab AIDS. Tingkat HIV dalam tubuh dan timbulnya berbagai infeksi tertentu merupakan indikator bahwa infeksi HIV telah berkembang menjadi AIDS.
Apakah gejala-gejala HIV?
Sebagian besar orang yang terinfeksi HIV tidak menyadarinya karena tidak ada gejala yang tampak segera setelah terjadi infeksi awal. Beberapa orang mengalami gangguan kelenjar yang menimbulkan efek seperti deman (disertai panas tinggi, gatal-gatal, nyeri sendi, dan pembengkakan pada limpa), yang dapat terjadi pada saat seroconversion. Seroconversion adalah pembentukan antibodi akibat HIV yang biasanya terjadi antara enam minggu dan tiga bulan setelah terjadinya infeksi.
Kendatipun infeksi HIV tidak disertai gejala awal, seseorang yang terinfeksi HIV sangat mudah menularkan virus tersebut kepada orang lain. Satu-satunya cara untuk menentukan apakah HIV ada di dalam tubuh seseorang adalah melalui tes HIV.
Infeksi HIV menyebabkan penurunan dan melemahnya sistem kekebalan tubuh. Hal ini menyebabkan tubuh rentan terhadap infeksi penyakit dan dapat menyebabkan berkembangnya AIDS.
Kapankah seorang terkena AIDS?
Istilah AIDS dipergunakan untuk tahap- tahap infeksi HIV yang paling lanjut.
Sebagian besar orang yang terkena HIV, bila tidak mendapat pengobatan, akan menunjukkan tanda-tanda AIDS dalam waktu 8-10 tahun. AIDS diidentifikasi berdasarkan beberapa infeksi tertentu, yang dikelompokkan oleh Organisasi Kesehatan Dunia (World Health Organization) sebagai berikut:
  • Tahap I penyakit HIV tidak menunjukkan gejala apapun dan tidak dikategorikan sebagai AIDS.
  • Tahap II (meliputi manifestasi mucocutaneous minor dan infeksi-infeksi saluran pernafasan bagian atas yang tak sembuh- sembuh)
  • Tahap III (meliputi diare kronis yang tidak jelas penyebabnya yang berlangsung lebih dari satu bulan, infeksi bakteri yang parah, dan TBC paru-paru), atau
  • Tahap IV (meliputi Toksoplasmosis pada otak, Kandidiasis pada saluran tenggorokan (oesophagus), saluran pernafasan (trachea), batang saluran paru-paru (bronchi) atau paru-paru dan Sarkoma Kaposi). Penyakit HIV digunakan sebagai indikator AIDS.
Sebagian besar keadaan ini merupakan infeksi oportunistik yang apabila diderita oleh orang yang sehat, dapat diobati.
Seberapa cepat HIV bisa berkembang menjadi AIDS?
Lamanya dapat bervariasi dari satu individu dengan individu yang lain. Dengan gaya hidup sehat, jarak waktu antara infeksi HIV dan menjadi sakit karena AIDS dapat berkisar antara 10-15 tahun, kadang-kadang bahkan lebih lama. Terapi antiretroviral dapat memperlambat perkembangan AIDS dengan menurunkan jumlah virus (viral load) dalam tubuh yang terinfeksi.
Bagaimana infeksi HIV dapat dicegah?
Penularan HIV secara seksual dapat dicegah dengan:
  • berpantang seks
  • hubungan monogami antara pasangan yang tidak terinfeksi
  • seks non-penetratif
Cara tambahan yang lain untuk menghindari infeksi:
  • Bila anda seorang pengguna narkoba suntikan, selalu gunakan jarum suntik atau semprit baru yang sekali pakai atau jarum yang secara tepat disterilkan sebelum digunakan kembali.
  • Pastikan bahwa darah dan produk darah telah melalui tes HIV dan standar standar keamanan darah dilaksanakan.
Bagaimana pengguna narkoba suntik (IDU) dapat mengurangi risiko tertular HIV?
Bagi pengguna narkoba, langkah-langkah tertentu dapat diambil untuk mengurangi risiko kesehatan masyarakat maupun kesehatan pribadi, yaitu:
  • Beralih dari napza yang harus disuntikkan ke yang dapat diminum secara oral.
  • Jangan pernah menggunakan atau secara bergantian menggunakan semprit, air, atau alat untuk menyiapkan napza.
  • Gunakan semprit baru (yang diperoleh dari sumber-sumber yang dipercaya, misalnya apotek, atau melalui program pertukaran jarum suntikan) untuk mempersiapkan dan menyuntikkan narkoba.
  • Ketika mempersiapkan napza, gunakan air yang steril atau air bersih dari sumber yang dapat diandalkan.
  • Dengan menggunakan kapas pembersih beralkohol, bersihkan tempat yang akan disuntik sebelum penyuntikan dilakukan.
Bagaimana penularan dari ibu ke anak dapat dicegah?
Penularan HIV dari seorang ibu yang terinfeksi dapat terjadi selama masa kehamilan, selama proses persalinan atau setelah kelahiran melalui ASI. Tanpa adanya intervensi apapun, sekitar 15% sampai 30% ibu dengan infeksi HIV akan menularkan infeksi selama masa kehamilan dan proses persalinan. Pemberian air susu ibu meningkatkan risiko penularan sekitar 10-15%. Risiko ini tergantung pada faktor- faktor klinis dan bisa saja bervariasi tergantung dari pola dan lamanya masa menyusui.
Penularan dari Ibu ke Anak dapat dikurangi dengan cara berikut:

  • Operasi Caesar: Operasi caesar merupakan prosedur pembedahan di mana bayi dilahirkan melalui sayatan pada dinding perut dan uterus ibunya. Dari jumlah bayi yang terinfeksi melalui penularan ibu ke anak, diyakini bahwa sekitar dua pertiga terinfeksi selama masa kehamilan dan sekitar saat persalinan. Proses persalinan melalui vagina dianggap lebih meningkatkan risiko penularan dari ibu ke anak, sementara operasi caesar telah menunjukkan kemungkinan terjadinya penurunan risiko. Kendatipun demikian, perlu dipertimbangkan juga faktor risiko yang dihadapi sang ibu.
  • Menghindari pemberian ASI: Risiko penularan dari ibu ke anak meningkat tatkala anak disusui. Walaupun ASI dianggap sebagai nutrisi yang terbaik bagi anak, bagi ibu penyandang HIV-positif, sangat dianjurkan untuk mengganti ASI dengan susu formula guna mengurangi risiko penularan terhadap anak. Namun demikian, ini hanya dianjurkan bila susu formula tersebut dapat memenuhi kebutuhan gizi anak, bila formula bayi itu dapat dibuat dalam kondisi yang higienis, dan bila biaya formula bayi itu terjangkau oleh keluarga.
Badan Kesehatan Dunia, WHO, membuat rekomendasi berikut:
Ketika makanan pengganti dapat diterima, layak, harganya terjangkau, berkesinambungan, dan aman, sangat dianjurkan bagi ibu yang terinfeksi HIV-positif untuk tidak menyusui bayinya. Bila sebaliknya, maka pemberian ASI eksklusif direkomendasikan pada bulan pertama kehidupan bayi dan hendaknya diputus sesegera mungkin.
Prosedur apakah yang harus ditempuh oleh seorang petugas kesehatan untuk mencegah penularan dalam setting perawatan kesehatan?
Para pekerja kesehatan hendaknya mengikuti Kewaspadaan Universal (Universal Precaution). Kewaspadaan Universal adalah panduan mengenai pengendalian infeksi yang dikembangkan untuk melindungi para pekerja di bidang kesehatan dan para pasiennya sehingga dapat terhindar dari berbagai penyakit yang disebarkan melalui darah dan cairan tubuh tertentu.
Kewaspadaan Universal meliputi:
  • Cara penanganan dan pembuangan barang-barang tajam (yakni barang-barang yang dapat menimbulkan sayatan atau luka tusukan, termasuk jarum, jarum hipodermik, pisau bedah dan benda tajam lainnya, pisau, perangkat infus, gergaji, remukan/pecahan kaca, dan paku);
  • Mencuci tangan dengan sabun dan air sebelum dan sesudah dilakukannya semua prosedur;
  • Menggunakan alat pelindung seperti sarung tangan, celemek, jubah, masker dan kacamata pelindung (goggles) saat harus bersentuhan langsung dengan darah dan cairan tubuh lainnya;
  • Melakukan desinfeksi instrumen kerja dan peralatan yang terkontaminasi;
  • Penanganan seprei kotor/bernoda secara tepat.
Selain itu, semua pekerja kesehatan harapnya berhati-hati dan waspada untuk mencegah terjadinya luka yang disebabkan oleh jarum, pisau bedah, dan instrumen atau peralatan yang tajam. Sesuai dengan Kewaspadaan Universal, darah dan cairan tubuh lain dari semua orang harus dianggap telah terinfeksi dengan HIV, tanpa memandang apakah status orang tersebut baru diduga atau sudah diketahui status HIV-nya.
Apa yang harus dilakukan bila anda menduga bahwa anda telah terekspos HIV?
Bila anda menduga bahwa anda telah terpapar HIV, anda hendaknya mendapatkan konseling dan melakukan testing/pemeriksaan HIV. Kewaspadaan hendaknya diambil guna mencegah penyebaran HIV kepada orang lain, seandainya anda benar terinfeksi HIV.

Perawatan

Adakah obat untuk HIV?
Obat HIV dan Aids kini sudah ada yaitu XAMthone Plus Ekstrak kulit buah Manggis, XAMthone plus adalah obat Herbal yang sangat efektif menurunkan dan membunuh kadar virus HIV dan AIDS dalam tubuh,


BUKTI BUAH MANGGIS DAPAT SEMBUHKAN VIRUS MAUT ATAU HIV AIDS
Diambil dari majalah trubus dengan judul asli Enyahlah, Virus maut !
Tak ada air mata berderai-derai, ketika dokter mendiagnosis Bethari Drupadi positif mengidap penyakit maut HIV-AIDS.
Angka penanda virus -CD4- hanya 69; kadar normal minimal 1.500. Penyakit yang menyerang system kekebalan tubuh itu sungguh ganas karena biasanya beragam infeksi lain seperti tuberculosis, hepatitis, dan tumor lebih mudah menerang. Itu karena tubuh rentan akibat system kekebalan tubuh lemah. Namun, menghadapi diagnosisi itu Bethari Drupadi –ia enggan nama sebenarnya tertulis di sini- sangan tenang.
“Kalau sebelumnya saya melakukan seks bebas, saya menyesal. Saya kanhanya ibu rumah tangga yang mengurus anak-anak di rumah,” kata Bethari Drupadi. Bercokolnya HIV-AIDS (Human Immunodeficiency Virus – Aquired Immunodeficiency Syndrome) diduga bermula pada awal Januari 2011, saat Bethari Drupadi mengunjungi kerabatnya di Kabupaten Mimika, Provinsi Papua. Di pedalaman Papua itu ia menggigil terserang malaria sebagaimana diagnosis dokter di sebuah Pusat Kesehatan Masyarakat.
Kulit Manggis

Untuk mengatasi malaria, Bethari Drupadi menjalani opname selama sepekan di Mimika. Ketika itulah ia mendapatkan suntikan antiplasmodium. Setalah kondisi membaik, perempuan 40 tahun itu pulang ke Jakarta. Namun, beberapa hari kemudian ia kembali menggigil. Itulah sebabnya ia bergegas memeriksakan diri ke dokter pada 31 Januari 2011. Tiga ali hasil tes membuktikan bahwa ia positif HIV-AIDS dengan CD4 hanya 69.
Dokter memberikan dua jenis tablet antiretroviral untuk mengatasi virus anggota family Retroviridae ity. Namun, Bethari Drupadi enggan mengonsumsi tablet itu. “Pokoknya herbal,” kata Bethari Drupadi. Alasannya herbal lebih aman terhadap organ tubuh. Menurut Fanklin Leyder yag 18 tahun menangani penderita HIV-AIDS, antiretoiviral mengganggu organ lain seperti ginjal.
Selain itu, pasien HIV-AIDS yang mengonsumsi antiretroviral paling pol hanya bertahan hidup 3 tahun. Untuk mencaari herbal anti HIV-AIDS, Bethari Drupadi berselancar di dunia maya hingga dini hari pukul 023.00. Ketika itulah ia menemukan informasi bahwa kulit manggis mujarab mengatasi HIV-AIDS. Bethari Drupadi girang bukan main. “Saya seperti mendapat durian runtuh,” katanya dengan kedua bola mata berbinar. Setelah tidur sejenak, pagi itu ia meluncur ke Puncak, Kabupaten Bogor, Jawa Barat, untuk membeli buah manggis.
Harap mafhun di sekitar rumahnya, ia tak mendapati penjual buah Garcinia mangostana. Bethari Drupadi membeli total 15 ikat buah anggota famili Clusiaceae itu. “Kebetulan anak saya suka manggis,” kata ibu dua anak yang beranjak dewasa itu. Ia menjemur kulit queen of fruit alias ratu buah hingga kering, lalu merebus kulit dua buah manggis dalam dua gelas air hingga mendidih, dan tersisia segelas air rebusan itu yang ia minum tiga kali sehari. Rasanya agak sepat.
Antioksidan Tinggi
Selama lima bulan hingga Juni 2011, ia rutin mengkonsumsi rebusan kulit buah anggota famili Clusiaceae itu. Namun, karena mengangap tak praktis,ia beralih ke olahan kult manggis siap konsumsi yang kini banyak beredar di pasaran. Pada 12 Agustus 2011, ia memeriksakan diri ke dokter dan CD4 membumbung hingga 800. Hanya dalam 3 bulan, CD4 Bethari Drupadi melambung. “Dalam kamus kedokteran, belum ada lonjakan CD4 sesignifikan itu. Paling hanya 100,” kata Fanklin.
Bethari Drupadi berencana memeriksa kadar CD4 pada awal Oktober 2011. Pengalaman Fanklin mendampingi para penderita HIV-AIDS yang mengonsumsi jus manggis, kadar CD4 mencapai 1.500 dalam 6-8 bulan; Bethari Drupadi baru rutin minum rebusan kulit manggis dan jus. Syaratnya pasien mencegah stress, konsumsi daging, susu formula, dan goreng-gorengan.
Duduk perkara kulit manggis tokcer menghambat HIV-AIDS itu terungkap secara ilmiah. Jurnal ilmiah Planta Med pada 1996 mengungkapkan ekstra etanol kulit manggis berpotensi mencegah akitivitas HIV-1. Senyawa yang paling berperan mangostin dan gammamangosten. Periset di Institut Obat Traditional, Muhimbili University, Tanzania, Joseph J. Magadula, meneliti 9 spesies kerabat manggis bergenus Garcinia. Setelah meriset secara ilmiah, Magadula menyimpulkan kulit buah Garcinia semseii mempunyai daya hambat terbesar melawan HIV dengan nilai IC50 hanya 5,7 µg/ml.



IC50 inhibition consentration alias konsentrasi penghambatan sediaan atau ekstraksi herbal terhadap virus uji, dalam hal ini HIV. Untuk menghambat separuh virus uji, hanya perlu 5,7 µg/ml ekstrak Garcinia semseii. Semakin kecil dosis, berarti kian kuat esktrak dalam menghambat virus. (lihat ilustrasi).
Menurut dokter dan herbalis di Tangerang Selatan, dr Paulus Wahyudi Halim, kulit manggis mengandung antioksidan tinggi. Hasil penelitian dosen Fakultas Farmasi Universitas Gadjah Mada, Dr Agung Endro Nugroho Msi Apt, senyawa antioksidan dalam kulit manggis adalah alfa mangostin dan gammamangostin. Berkat antioksidan itu, kekebalan tubuh pun meningkat. “Masalah virus coba dikendalikan oleh sistem kekebalan tubuh,” kata Paulus, Ketika ratu bertitah, maka virus maut itu pun enyah.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar